BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi
menuntut kinerja yang sempurna dari setiap proses yang dijalankan oleh
perusahaan. Pemasaran tidak lagi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari
organisasi yang hanya berperan sebagai proses penjualan produk. Perkembangan
konsep pemasaran sendiri tidak terlepas dari fungsi-fungsi organisasi yang lain
dan pada akhirnya mempunyai tujuan untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran yang
tidak efektif (ineffective marketing) dapat membahayakan bisnis karena dapat
berakibat pada konsumen yang tidak puas. Pemasaran yang efektif (effective
marketing) justru berakibat sebaliknya yaitu menciptakan nilai atau utilitas.
Menciptakan nilai dan kepuasan pelanggan adalah inti
pemikiran pemasaran modern. Tujuan kegiatan pemasaran adalah menarik pelanggan
baru dengan menjanjikan nilai yang tepat dan mempertahankan pelanggan saat ini
dengan memenuhi harapannya sehingga dapat menciptakan tingkat kepuasan.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana karekteristik dalam bidang
jasa pemasaran
C.
Tujuan penulisan
1. Mengetahui karakteristik dalam
bidang jasa pemasaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A.Pengertian Jasa
Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan
memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil
dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama
penerima jasa tersebut. Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang
rumit. Kata “jasa” (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari
pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk.
Berikut
adalah beberapa pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian
jasa, antara lain:
*
Valerie A.
Zeithaml dan Mary Jo Bitner (1996) (dikutip dalam Lupiyoadi,2006; 6)
“Service is
all economic activities whose output is not a physical product or construction
is generally consumed at that time is produced, and provides added value in
forms (such as convenience, amusement, comfort or health” (jasa merupakan semua
aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi,
yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai
tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan konsumen).
*
Menurut
Philip Kotler (2000)
Jasa dapat
didefinisikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh
satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk
fisik atau sebaliknya.
*
Menurut
Christopher Lovelock & Lauren K. Wright (1999)
Jasa adalah
tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya.
Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya
tidak nyata dan biasanya, tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor
produksi.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam jasa selalu
ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun
pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang,
melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.
B. Pengertian Pemasaran Jasa
Ada beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para pakar untuk istilah pemasaran jasa,
antara lain:
*
Menurut
(William J.Stanton, 1981)
Pemasaran
jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak terwujud,
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan
benda-benda berwujud atau tidak berwujud.
*
Menurut (Mary
Jo Bitner, 2000)
Pemasaran
jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya, bukan produk dikonsumsi
bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti: hiburan,
kenikmatan, santai) bersifat tidak berwujud.
*
Menurut
Miller dan Layton, 2000)
Pemasaran
jasa adalah merupakan system total aktivitas bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk,
jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam
rangka mencapai tujuan organisasional.
*
Menurut
Lupiyoadi (2006; 5)
Pemasaran
jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak
lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan apapun.
*
Menurut Umar
(2003; 76)
Pemasaran
jasa adalah pemasaran yang bersifat intangible dan immaterial dan dilakukan
pada saat konsumen berhadapan dengan produsen.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen,
dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau
diraba sebelum dikonsumsi.
2.2 Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran jasa merupakan pengembangan bauran
pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) produk hanya mencakup 4P, yaitu: Product,
Price, Place, dan Promotion. Sedangkan untuk jasa keempat P tersebut masih
kurang mencukupi, sehingga para ahli pemasaran menambahkan 3 unsur, yaitu:
People, Process, dan Customer Service.
Menurut
Lupiyoadi (2006; 70), elemen marketing mix terdiri dari tujuh hal, yaitu:
Product (jasa seperti apa yang ingin ditawarkan kepada konsumen), Price
(bagaimana strategi penentuan harga), Place (bagaimana sistem penghantaran/
penyampaian yang akan diterapkan), Promotion (bagaimana promosi yang harus
dilakukan), People (tipe kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam
pemberian jasa), Process (bagaimana proses dalam operasi jasa), Customer
Service (bagaimana yang akan diberikan kepada konsumen).
2.3 . Karakteristik Jasa
Berbagai riset dan literatur manajemen dan pemasaran
jasa mengungkapkan bahwa jasa memiliki empat karakteristik yang membedakan
barang dan jasa yang dinamakan paradigma IHIP: Intangibility, Heterogeneity,
Inseparability, dan Perishability (Lovelock & Gummeson, 2004) (dikutip
dalam Tjiptono dan Chandra, 2005; 22).
1.
Intangibility
Jasa
bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,
didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang konsumen jasa
tidak dapat menilai hasil dari sebuah jasa sebelum ia mengalami atau
mengkonsumsinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa tertentu, maka ia hanya
menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak
lantas memiliki jasa yang dibelinya.
2.
Heterogeneity
Jasa
bersifat Heterogeneity karena merupakan non-standarized output, artinya terdapat
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan
dimana jasa tersebut diproduksi. Sebagai contoh, dua orang yang datang ke salon
yang sama dan meminta model rambut yang sama tidak akan mendapatkan hasil yang
seratus persen identik ( kecuali kalau keduanya minta rambutnya dibuat
plontos).
3.
Inseparability
Jasa
bersifat inseparability artinya jasa dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Sedangkan barang
biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sebagai
contoh, dokter gigi tidak dapat memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien.
Selain hadir secara fisik dan mental, pasien bersangkutan secara aktual juga
berperan sebagai co-producer dalam operasi jasa, dengan jalan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dokter dan menjelaskan gejala sakit atau kebutuhan
spesifiknya.
4.
Perishability
Jasa
bersifat perishability artinya jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama,
tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali,
atau dikembalikan. Sebagai contoh, kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang
tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter umum akan
berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
Sedangkan
menurut Griffin (1996) (dikutip dalam Lupiyoadi, 2006; 6), karakteristik jasa
adalah sebagai berikut:
1.
Intangibility (tidak berwujud): Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini
adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan,
kepuasan, atau kenyamanan.
2.
Unstorability (tidak dapat disimpan): Jasa tidak mengenal persediaan atau
penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga
inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan
dan dikonsumsi secara bersamaan.
3.
Customization (kustomisasi): Jasa seringkali didesain khusus untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sifat atau karakteristik utama dari jasa adalah tidak
dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli,
kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak variasi bentuk,
kualitas serta jenis tergantung pada siapa jasa tersebut dijual, hal ini
disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-beda, sehingga jasa yang
dijual disesuaikan dengan permintaan konsumennya.
2.4 Konsep Pemasaran
Pada umumnya, suatu perusahaan pasti menganut salah
satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini
perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perjalanan waktu, konsep-konsep
ini mengalami perkembangan atau evolusi pemikiran. Walaupun begitu, tidak
berarti konsep yang terakhir adalah yang lebih baik. Pemilihan dan
penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa factor, diantaranya
nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal
perusahaan.
Menurut
Fendy Tjiptono (2004), dalam bukunya yang berjudul Pemasaran Jasa, konsep
produksi itu dibagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut:
1. Konsep Produksi : Pemasaran yang
berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi/
operasi (internal).
2. Konsep Produk : Dalam konsep ini,
pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang
memiliki kualitas, kinerja, fitur (features), atau penampilan superior.
3. Konsep Penjualan : Konsep ini
merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), dimana
pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bila perlu, dibujuk) agar
penjual dapat meningkat.
4. Konsep Pemasaran : Berbeda dengan
tiga konsep terdahulu yang berorientasi pada lingkungan internal, konsep
pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan
bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.
5. Konsep Pemasaran Sosial : Pemasaran
yang menganut konsep ini, beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli
produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta
berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan social konsumen.
2.5
Mengelompokkan Proses Jasa
Terdapat dua kategori besar dalam proses jasa, yaitu:
orang dan objek. Dengan melihat jasa dari perspektif operasional semata,
pemrosesan jasa dapat dikategorikan menjadi empat kelompok besar, yaitu:
1.
Pemrosesan orang, meliputi tindakan yang berwujud terhadap tubuh manusia.
Contoh jasa pemrosesan orang mencakup transportasi penumpang, pemeliharaan
kesehatan, penginapan, dll.
2.
Pemrosesan barang milik, meliputi tindakan yang berwujud pada barang dan benda
fisik lain yang menjadi milik pelanggan. Contoh pemrosesan barang milik adalah
pengiriman barang, pengisian bahan bakar, reparasi dan pemeliharaan, dll.
3.
Pemrosesan perangsangan pikiran, merujuk ke tindakan tidak berwujud yang
ditujukan pada pikiran manusia. Jasa dalam kategori ini mencakup hiburan,
olahraga tontonan, pertunjukkan teater, dll.
4.
Pemrosesan informasi, menggambarkan tindakan tidak berwujud yang ditujukan pada
aset pelanggan. Contoh jasa dalam kategori ini: asuransi, perbankan,
konsultasi, dll.
2.6 Dimensi Kualitas Layanan Jasa
Pada prinsipnya, definisi kualitas jasa berfokus pada
upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas jasa harus dimulai
dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan (Kotler, 2000;
52).
Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa,
pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan. Sayangnya,
jasa memiliki karakteristik variability sehingga kinerjanya kerap tidak konsisten.
Hal ini menyebabkan pelanggan menggunakan syarat intrinsic (output dan
penyampaian jasa) dan isyarat ekstrinsik (unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai
acuan atau pedoman dalam mengevaluasi jasa (Tjiptono, Chandra, dan Anastasia,
2004; 257).
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam
industri jasa, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) (dikutip dalam Tjiptono
& Chandra, 2005; 132-133) berhasil mengidentifikasikan sepuluh dimensi
pokok kualitas jasa, yaitu:
1.
Reliabilitas (reliability), meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kinerja
(performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti
perusahaan mampu menyampaikan jaasnya secara benar sejak awal (right the first
time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal (misalnya, menyampaikan jasa
sesuai dengan jadwal yang disepakati), menyimpan data (record) secara tepat dan
mengirimkan tagihan yang akurat.
2.
Responsivitas atau daya tanggap (responsiveness), yaitu kesediaan dan kesiapan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
Beberapa contoh diantaranya: ketepatan waktu layanan, pengiriman slip transaksi
secepatnya, kecepatan menghubungi kembali pelanggan, dan penyampaian layanan
secara cepat
3.
Kompetensi (competency), yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelangan.
Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan kontak,
pengetahuan dan keterampilan personil dukungan operasional, dan kapabilitas
riset organisasi.
4. Akses
(access), yaitu meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui
(approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa
mudah dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran
komunikasi perusahaan mudah dihubungi (contohnya telepon, surat, e-mail, fax,
dan seterusnya), dan jam operasi nyaman.
5. Kesopanan
(courtesy), yaitu meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan para
karyawan kontak ( seperti resepsionis, operator telepon, bell person, teller
bank dan lain-lain).
6.
Komunikasi (communication), artinya menyampaikan informasi kepada para
pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan
saran dan keluhan pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai
jasa/ layanan yang ditawarkan.
7.
Kredibilitas (credibility), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas
mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan
kontak, dan interaksi dengan pelanggan (hard selling versus soft selling
approach).
8. Keamanan
(security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Termasuk di
dalamnya adalah keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial
(financial security), privasi dan kerahasiaan (confidentiality).
9. Kemampuan
memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan spesifik
mereka, memberikan perhatian individual, dan mengenal pelanggan reguler.
10. Bukti
fisik (tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil,
dan bahan-bahan komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat, dan
lain-lain).
Dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, and
Berry (1988) menemukan adanya overlapping di antara beberapa dimensi di atas.
Oleh sebab itu, mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima
dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas dan keamanan disatukan
menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan
memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati (empathy). Dengan demikian,
terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya sebagai berikut:
1.
Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan
apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Daya
tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para
karyawan untuk membantu para pelanggan and merespons permintaan mereka, serta
menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara
cepat.
3. Jaminan
(assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi
para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap
sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empati
(empathy), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggan dan bertindak
demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para
pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti
fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan,
dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
2.7
Manajemen Jasa Terpadu
Manajemen jasa terpadu adalah perencanaan dan
pelaksanaan terkoordinasi kegiatan-kegiatan pemasaran, operasi dan sumber daya
manusia yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa. Ketika membahas strategi
untuk memasarkan jasa, maka yang harus diperhatikan adalah sifat dari jasa
tersebut yang melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam produksi
dan pentingnya faktor waktu serta unsur strategis lainnya.
Pemasaran
jasa terpadu menggunakan model 8P yang menyoroti delapan variabel keputusan
bagi manajer perusahaan jasa. Kedelapan komponen manajemen jasa terpadu adalah
sebagai berikut:
1. Elemen
produk, merupakan semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi
pelanggan.
2. Tempat dan
waktu, merupakan keputusan manajemen tentang kapan, di mana dan bagaimana
menyampaikan jasa kepada pelanggan.
3. Proses,
adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya
berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah
ditetapkan.
4.
Produktivitas dan kualitas.
Produktivitas
dapat diartikan sebagai seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output
yang menambah nilai bagi pelanggan. Kualitas adalah sejauh mana suatu jasa
memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan mereka.
Produktivitas dan kualitas harus dilihat sebagai dua sisi mata uang yang sama.
Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap
terkendali. Kualitas jasa yang didefinisikan pelanggan, berperan penting bagi
diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan.
5. Orang,
meliputi karyawan atau terkadang pelanggan yang terlibat dalam proses produksi.
Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan
karyawan perusahaan. Sifat dan interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi
pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang
mereka terima berdasarkan. Penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan jasa
tersebut.
6. Promosi
dan Edukasi, adalah semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang
dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa
tertentu. Komponen ini memainkan tiga peran penting, yaitu: menyediakan
informasi dan saran yang dibutuhkan, membujuk pelanggan sasaran tentang
kelebihan suatu produk dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada
suatu waktu.
7. Bukti
fisik, adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas
kualitas jasa.
8. Harga dan
biaya jasa lainnya, meliputi pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan
untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.
BAB III
STUDY KASUS
JASA LAUNDRY
Profil perusahaan
Super Wash Laundry
merupakan franchise laundry pertama dan terbesar di Indonesia yang mengusung
konsep LOW COST. Super
Wash Laundry menawarkan paket franchise yang
relative murah dan worth-it untuk dimiliki. Dengan slogan “we have everything
you need” Super Wash Laundry
memiliki beberapa pelayanan laundry yang lengkap dengan spesialisasi laundry
kiloan, laundry satuan (dry clean), laundry helm, laundry karpet, dll.
Keunggulan dalam segi inovasi produk dan layanan membuat Super Wash Laundry
sangat layak diperhitungkan di kancah dunia franchise & waralaba tanah air.
Berbekal menyebarkan semangat berwirausaha, Virdiansyah (President Director Edria
Group – Super Wash Laundry), sejak 2009 hingga kini Super Wash Laundry
telah melebarkan sayapnya dengan hadir di lebih dari 90 cabang yang tersebar
luas di puluhan kota di Indonesia. Beberapa penghargaan telah diraih dalam
kurun waktu yang relative singkat; Juara 1 Nasional Wirausaha Muda Berprestasi
2010, Finalis Wirausaha Muda Mandiri 2010, Franchise & Business Opportunity
Best Seller 2010, 3rd Top Of Mind Brand Awareness 2011, dan masih banyak lagi
FILOSOFI
Grow Together, Help Each Other
VISI
Menjadi Low Cost Franchise Laundry ternama dan terkemuka pertama di Asia dengan
memiliki lebih dari 500 cabang di tahun 2015 karena kualitas dan inovasinya
MISI
Menawarkan paket franchise dengan harga terjangkau dan worth-it kualitasnya.
Memberikan pelayanan terbaik kepada franchisee dan pelanggan.
Menciptakan kesejahteraan bersama bagi pemilik, manajemen, staff, dan
franchisee.
Menyediakan berbagai fasilitas komplit yang belum tentu dimiliki competitor.
MENGAPA MEMILIH FRANCHISE SUPER WASH
1.
Low
Cost franchise laundry pertama dan terbesar di Indonesia
2.
Team
yang terlatih & professional
3.
Produksi
bahan baku sendiri
4.
Fasilitas
layanan yang lengkap
5.
Bisnis
laundry yang menjanjikan dan selalu menjadi kebutuhan
6.
BEP
relative cepat dan worth-it
7.
Standard
Operational Procedure yang sudah teruji
8.
Customer
relationship management
9.
Strategi
Marketing & Business development
10.
Menggunakan
sistem komputerisasi
MENGAPA
MEMILIH LAYANAN LAUNDRY SUPER WASH
1.
Member
Get Member
2.
On
time
3.
Laundry
bergaransi (rewash, return, free tanpa nota)
4.
Free
pick up delivery
5.
Pencucian
tidak dicampur
6.
Selalu
ada diskon special
7.
Super
Express 3 jam jadi
8.
Banyak
pilihan pewangi
9.
Fun
& Friendly
10. Exclusive
packaging
11. Laundry helm
12. 1 customer 1
machine
13. Teknik laundry
sesuai washing care label
14. Detergen ramah
lingkungan
15. Washer teknologi
terbaru
16. Laundry bag
17. Laundry gratis
saat opening
DAN MASIH BANYAK LAGIIII
PAKET INVESTASI PILIHAN
Super Wash Laundry menawarkan 3 paket franchise pilihan :
Paket
Industri 100
Juta
Paket
VIP
80 Juta
Paket
Super
53 Juta
BEBERAPA POINT YANG MEMBEDAKAN ANTAR
PAKET TERSEBUT DIANTARANYA :
- Segmentasi Market
- Kapasitas Produksi
- Design Outlet Workshop
- Fasilitas
- Paket Promosi & Strategi Marketing
- Strategi Bisnis
Paket Industri diperuntukkan kepada para calon franchisee yang berminat sebagai
rekanan/outsourcing perusahaan yang membutuhkan layanan laundry dalam partai
besar.
Untuk harga per kg disesuaikan masing-masing daerah dengan memperhatikan daya
beli masyarakatnya. Sebagai contoh untuk daerah Jawa Barat Rp 5.500/kg, untuk
Jakarta Timur Rp.6500/kg, untuk daerah Bandung Rp.5500/kg, Luar Jawa Rp
6000-8000/Kg dan daerah Jogja sendiri Rp.3000/kg
Strategi bisnis dari Super
Wash Laundry dirancang khusus agar memungkinkan
balik modal investasi / BEP dicapai dalam kisaran waktu 2 s/d 7 bulan.
Kami yakin dan percaya dengan bekerjasama dengan Anda, bersama kita akan
menggapai kesuksesan yang kita inginkan, berkembang bersama, memajukan masyarakat
sekitar kita dengan membuka lapangan kerja dan menjadi bagian dalam memajukan
bangsa negara Indonesia.
For more information. Please Contact us:
Telp / HP : 081219018338
A.
Gambaran
Umum dari bisnis Laundry
Mencuci merupakan kebutuhan pokok semua orang. Selama
orang masih pakai baju, bisnis laundry masih tetap akan hidup. Pangsa pasar
mulai dari mahasiswa, kost, rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan,
perkantoran,dan segala bisnis yang berkaitan dengan konveksi.
Laundry Kiloan atau Binatu Kiloan merupakan jasa
pencucian pakaian yang nilai jasanya dihitung berdasarkan berat cucian dalam
kilogram
Bagaimana
peluang usaha/peluang bisnis laundry kiloan ini kedepannya..?
Jika kita analisa peluang bisnis laundry berdasarkan
statistik dan demografi, peluang ini sangatlah “Luar Biasa”. Anggap saja 1
(satu) RW(rukun warga) memiliki rata-rata 100 KK (Kepala Keluarga) dan andaikan
1 KK mencuci 1 kilogram sehari. Maka omset bisnis laundry kiloan itu adalah 100
kg per hari. Omset Bisnis Laundry Kiloan per hari 100/kg adalah omset standard
yang biasa diilustrasikan oleh para penjual waralaba/franchise laundry di tanah
air, dengan perhitungan balik modal(ROI) 4-6 bulan saja.
Jasa
memiliki empat karakteristik utama yaitu tidak berwujud ( intangibility ),
tidak terpisah ( inseparability), bervareasi ( variability ) dan mudah lenyap (
perishability )
Berdasarkan
keempat karakteristik tersebut usaha jasa Laundry masuk dalam kata gori :
1.
Tidak
berwujud ( service intangibility ) karna jasa laundry tersebut tidak dapat
dirasakan kecuali dengan membeli barang jasa tersebut
2.
Tidak
terpisahkan (inspirability) karena barang jasa tersebut tidak dapatdipisahkan
dengan mesin dan Msdm
3.
Tidak tahan
lama ( perishability ) karena barang jasa tersebut tidak dapat disimpan, ada
costumer yang ada jasa tersebut bisa berlalu begitu saja.
C.
Klasifikasi
Jasa
Jasa laundry
tersebut masuk dalam katagori Hybrid karena penawaran terdari dari barang
dan jasa yang sama besar porsinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan
pihak produsen kepada konsumen, dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat
dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dikonsumsi.
Jasa memiliki empat karakteristik yang membedakan
barang dan jasa yang dinamakan paradigma IHIP: Intangibility, Heterogeneity,
Inseparability, dan Perishability. Sifat atau karakteristik utama dari jasa
adalah tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa
itu dibeli, kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak
variasi bentuk, kualitas serta jenis tergantung pada siapa jasa tersebut
dijual, hal ini disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-beda,
sehingga jasa yang dijual disesuaikan dengan permintaan konsumennya.
Dari karakteristik tersebut kita mengetahu
karakteristik pemasaran jasa di bidang loundry tersebut.
Daftar pustaka
www.rwansahaja.blogspot.com
www eprints.polsri.ac.id
dmarcella.blogspot.com/2013/05/konsep-dan-strategi-pemasaran-jasa.htm