Kamis, 12 Januari 2017

kesalahan yang terjadi dalam positioning dan bagaimana cara mengatasinya?



1.    Sejumlah perusahaan secara agresif mempromosikan satu keunggulan pada target market, namun terkadang usaha tersebut tidak berhasil. Jelaskan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam positioning dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawab !!

Pengertian serta peran positioning

Pada postingan sebelumnya kita sudah membahas tentang teori STP yaitu Segmentasion, Targeting dan Positioning. Kita sudah bahas apa itu segmentasion, apa itu targeting dan apa itu positioning. Nah kali ini kita akan bahas lebih dalam lagi tentang “Positioning”.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, positioning adalah suatu langkah perusahaan dalam memperkenalkan produknya kepada konsumen supaya dapat menciptakan kesan-kesan tertentu di benak. Positioning itu adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen, apa yang membedakan dengan produk pesaing.
“Positioning is not what you do to a product. It is what you do to the mind of the prospect” (Ries dan Trout dalam Kasali, 2001: 295). Artinya adalah positioning bukan sesuatu yang dilakukan tehadap produk, tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon pelanggan. Positioning bukanlah strategi produk, tetapi strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk tersebut di dalam otaknya, dalam alam khayalannya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasis dirinya dengan produk itu.
Positioning juga merupakan cara sebuah perusahaan untuk menarik hati pelanggan dan dapat mengambil tahta tertinggi di benak pelanggan. Bukan hal yang aneh jika sebuah perusahaan terus memberikan janji kepada pelanggan untuk menjadi perusahaan yang terbaik, memberikan promosi-promosi, dan mengembangkan jasanya, karena ini adalah sebagian cara yang dilakukan perusahaan untuk menjadi yang nomor 1 ada di benak pelanggan dan dengan cara inilah, perusahaan dapat membangun image di mata pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki suatu karakter yang kuat dan menjadi nilai plus dibanding produk pesaing.
Menurut Craven (1991:270) bahwa positioning memegang peran yang sangat besar dalam strategi pemasaran, setelah melakukan analisis pasar dan analisis pesaing dalam suatu analisis internal perusahaan(total situation analysis). Alasannya dunia sekarang ini dilanda over komunikasi, terjadi ledakan barang,media, maupun iklan. Akibatnya pikiran para prospek menjadi ajang pertempuran.
Oleh karena itu, agar dapat berhasil dalam suatu masyarakat yang over komunikasi, perusahaan apa pun sebaiknya mampu menciptakan suatu posisi yang mempertimbangkan tidak hanya kekuatan dan kelemahan perusahaan sendiri, tetapi juga kekuatan dan kelemahan pesaingnya dalam pikiran prospeknya. Itulah sebabnya, ancangan dasar ‘positioning’tidak lagi sekadar menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang lain, tetapi memanfaatkan dengan cerdik apa yang ada di dalam pikiran dan  mengkaitkan hubungan-hubungan yang telah ada, hal ini karena pikiran manusia juga memiliki tempat bagi setiap keping informasi yang telah dipilih untuk disimpan.


Kesalahan dalam Membangun Brand Positioning

Brand Positioning adalah posisi brand dalam benak pelanggan. Apa yang ada di benak mereka ketika teringat akan brand kita. Hasil akhir dari positioning adalah keberhasilan dalam menciptakan fokus dalam benak konsumen konsumen serta alasan yang kuat mengapa konsumen harus membeli produk. Nokia dipersepsikan sebagai produk ponsel terbaik di dunia, Aqua sebagai air mineral paling bermutu, dan Porsche sebagai salah satu mobil sport terbaik di dunia. Namun demikian, acapkali para pemasar gagal melakukan positioning yang pas dalam benak konsumen. Disini kita dapat mengidentifikasi adanya empat jenis kesalahan positioning.
Under positioning
Kesalahan pertama yang sering dilakukan para pelaku usaha yaitu, kurang tepat dalam menonjolkan keunggulan produk mereka. Terkadang keunggulan produk yang ditawarkan bukan hal yang istimewa lagi bagi konsumen, sehingga sasaran pasar yang dibidik kurang berminat dengan produk tersebut dan pastinya brand produk yang sedang dibangun kurang berkesan di benak para konsumen.
Over positioning
Berbanding terbalik dengan kesalahan yang pertama, yang dimaksudkan dengan over positioning adalah menanamkan brand produk terlalu tinggi di dalam benak konsumen, sehingga mereka beranggapan bahwa harga jual yang ditawarkan pastinya kurang terjangkau semua kalangan.
Confused positioning (membingungkan)
Kesalahan yang ketiga yaitu membuat pelanggan bingung dengan citra brand yang terlalu banyak klaim ataupun adanya perubahan brand produk yang terlalu sering.
Doubtful positioning (ragu-ragu)
Dalam kasus ini konsumen sulit untuk mempercayai klaim sebuah brand, kaitannya dengan fitur suatu produk, harga atau manufakturnya.

Contoh perusahaan yang kesalahan yang terjadi dalam positioningConfused positioning (membingungkan)

coffee bun Roti boy dan roti ‘o
siapa yang tidak tahu coffee bun? Rotinya berbentuk bulat, agak empuk namun renyah dengan aroma kopi yang menggoda.Rasanya cocok banget dinikmati bareng secangkir kopi atau cokelat hangat.Di Indonesia sendiri jenis roti ini salah satu yang paling terkenal adalah merk Rotib boy, sebuah franchise dari negeri tetangga.Rotiboy adalah produk roti asal Malaysia yang didirikan pada bulan April 1998 di Bukit Mertajam, Penang oleh Hiro Tan mantan dosen di bidang ekonomi yang kemudian memutuskan untuk membuka usaha toko roti sendiri dengan menawarkan roti dengan model tempurung dan berkulit renyah dengan rasa mentega yang khas.
Indonesia menjadi negara pertama yang memperoleh hak waralaba memasarkan produk dan merek Rotiboy. Hal ini tidak terlepas dari empat sekawan yang menjadi pemegang master franchise-nya, yakni: Melanie Muhidin (Lala), Noviana Budiman (Nana), Jullie Budiman, dan Liza Marina Sutanto. Kini, di tangan keempat wanita itu nama Rotiboy di Indonesia makin melejit dengan 31 gerai Rotiboy yang tersebar di berbagai kota di Tanah Air.
Perkembangan di Indonesia serta terpisahnya salah satu pemililik roti boy
Rotiboy di Indonesia bermula dari perjalanan Lala ke Malaysia[1], yang kebetulan sempat mencicipi roti itu. Karena rasanya yang khas, Lala membawa Rotiboy sebagai oleh-oleh buat keluarga, dan juga ketiga sahabatnya. Di lain waktu, dalam perjalanan bisnisnya ke Kuala Lumpur, Jullie pun menyempatkan diri mampir ke gerai Rotiboy, dan membelinya untuk oleh-oleh.
Di Malaysia sendiri Rotiboy cukup digandrungi.Bahkan ada beberapa toko roti yang mencoba meniru rasa dan bentuk yang mirip Rotiboy.
Keempat Srikandi inipun memutuskan untuk mendatangi pemilik merek Rotiboy supaya dapat memperoleh hak waralabanya di Indonesia.Lala yang dijagokan oleh ketiga sahabatnya untuk menemui Hiro Tan di Kuala Lumpur.Namun, proses meyakinkan Hiro butuh waktu yang cukup panjang: hingga satu tahun. Apalagi Lala dkk.bukanlah orang Indonesia pertama yang menghadap Hiro buat mendapatkan hak waralaba ini. Pada bulan Mei2004, Hiro secara resmi memberikan hak master franchise untuk Indonesia pada keempat wanita itu.Mereka butuh waktu 6 bulan buat mempersiapkan Rotiboy hingga bisa ditawarkan ke masyarakat.
Dengan modal Rp 1 miliar, gerai Rotiboy pertama buka di Menara BNI, dengan mempekerjakan 15 karyawan.Respons pasar sangat baik.Bahkan, ketika peluncuran terlihat antrean sangat panjang untuk bisa mencicipi Rotiboy.
Bahan bakunya dibuat di pabrik (dapur) Rotiboy yang berlokasi di Kemanggisan, Jakarta Barat dan 6 bulan kemudian gerai Rotiboy kedua sudah bisa dibuka di Pasaraya Grande, Blok M Jaksel.Sekarang semua gerai Rotiboy memperoleh pasokan adonan dari dapur mereka yang sekarang dipindah ke Batu Ceper, Tangerang.Pabrik itu memiliki kapasitas produksi hingga 30 ribu unit per hari.Pasokan adonan didistribusikan untuk dipanggang oleh karyawan di masing-masing gerai. Sementara resep dipusatkan di pabrik mereka untuk tetap menjaga keaslian resep 
Akan tetapi pada tahun 2012 kempat pemilik tersebut mengalami masalah sehingga lahirnya roti o yang semuanya mirip dengan roti boy sehingaa membuat konsumen bingung dengan roti tersebut karena kedua duanya sangatlah mirip
Berikut ini saya akan coba untuk mengomparasi antara dua coffee bun ini.
1. Rasa
Karena pada dasarnya ini adalah coffee bun yang cenderung sama (karena awalnya adalah manajemen yang terpecah), soal rasa sih tergantung selera masing-masing, ya. Meskipun cenderung mirip-mirip tapi pastinya tiap merk berusaha menyajikan signature-nya masing-masing.
2. Kemasan
Kedua merk sama-sama menggunakan kemasan berbahan dasar kertas dengan grafis desain masing-masing sebagai identitas yang sama .
3. Bentuk dan Ukuran
Yang namanya coffee bun satu rumpun yaaa pasti 11-12 lah begitu-begitu saja bentuknya, namun soal ukuran Rotiboy sedikit lebih besar dan tebal daripada Roti O. Soal rasa di bagian isinya juga saya lebih merasakan nikmat
4. Harga
Harganya beda.. (Rp 500)! di mana Rotiboy lebih mahal sedikit. (Rp 9.500/ buah – update 15 desember  2015) namun rotinya sedikit lebih besar,

pemasaran jasa contoh study kasus




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi menuntut kinerja yang sempurna dari setiap proses yang dijalankan oleh perusahaan. Pemasaran tidak lagi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari organisasi yang hanya berperan sebagai proses penjualan produk. Perkembangan konsep pemasaran sendiri tidak terlepas dari fungsi-fungsi organisasi yang lain dan pada akhirnya mempunyai tujuan untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran yang tidak efektif (ineffective marketing) dapat membahayakan bisnis karena dapat berakibat pada konsumen yang tidak puas. Pemasaran yang efektif (effective marketing) justru berakibat sebaliknya yaitu menciptakan nilai atau utilitas.

Menciptakan nilai dan kepuasan pelanggan adalah inti pemikiran pemasaran modern. Tujuan kegiatan pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai yang tepat dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memenuhi harapannya sehingga dapat menciptakan tingkat kepuasan.

B.     Rumusan masalah

1.      Bagaimana karekteristik dalam bidang jasa pemasaran

C.    Tujuan penulisan

1.      Mengetahui karakteristik dalam bidang jasa pemasaran























BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

A.Pengertian Jasa 

Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata “jasa” (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk.

Berikut adalah beberapa pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa, antara lain:

*        Valerie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner (1996) (dikutip dalam Lupiyoadi,2006; 6)

“Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction is generally consumed at that time is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, comfort or health” (jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan konsumen).

*        Menurut Philip Kotler (2000)
Jasa dapat didefinisikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya.

*        Menurut Christopher Lovelock & Lauren K. Wright (1999)
Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya, tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. 
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.

B.     Pengertian Pemasaran Jasa

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar untuk istilah  pemasaran jasa, antara lain:

*        Menurut (William J.Stanton, 1981)
Pemasaran jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah tidak terwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak berwujud.
*        Menurut (Mary Jo Bitner, 2000)
Pemasaran jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya, bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti: hiburan, kenikmatan, santai) bersifat tidak berwujud.

*        Menurut Miller dan Layton, 2000)
Pemasaran jasa adalah merupakan system total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan  keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional.

*        Menurut Lupiyoadi (2006; 5)
Pemasaran jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun.

*        Menurut Umar (2003; 76)
Pemasaran jasa adalah pemasaran yang bersifat intangible dan immaterial dan dilakukan pada saat konsumen berhadapan dengan produsen.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen, dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dikonsumsi.

2.2  Bauran Pemasaran Jasa

Bauran pemasaran jasa merupakan pengembangan bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) produk hanya mencakup 4P, yaitu: Product, Price, Place, dan Promotion. Sedangkan untuk jasa keempat P tersebut masih kurang mencukupi, sehingga para ahli pemasaran menambahkan 3 unsur, yaitu: People, Process, dan Customer Service.
Menurut Lupiyoadi (2006; 70), elemen marketing mix terdiri dari tujuh hal, yaitu: Product (jasa seperti apa yang ingin ditawarkan kepada konsumen), Price (bagaimana strategi penentuan harga), Place (bagaimana sistem penghantaran/ penyampaian yang akan diterapkan), Promotion (bagaimana promosi yang harus dilakukan), People (tipe kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa), Process (bagaimana proses dalam operasi jasa), Customer Service (bagaimana yang akan diberikan kepada konsumen).

2.3  . Karakteristik Jasa

Berbagai riset dan literatur manajemen dan pemasaran jasa mengungkapkan bahwa jasa memiliki empat karakteristik yang membedakan barang dan jasa yang dinamakan paradigma IHIP: Intangibility, Heterogeneity, Inseparability, dan Perishability (Lovelock & Gummeson, 2004) (dikutip dalam Tjiptono dan Chandra, 2005; 22).

1. Intangibility
Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang konsumen jasa tidak dapat menilai hasil dari sebuah jasa sebelum ia mengalami atau mengkonsumsinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa tertentu, maka ia hanya menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya.

2. Heterogeneity
Jasa bersifat Heterogeneity karena merupakan non-standarized output, artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Sebagai contoh, dua orang yang datang ke salon yang sama dan meminta model rambut yang sama tidak akan mendapatkan hasil yang seratus persen identik ( kecuali kalau keduanya minta rambutnya dibuat plontos).

3. Inseparability
Jasa bersifat inseparability artinya jasa dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Sedangkan barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sebagai contoh, dokter gigi tidak dapat memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien. Selain hadir secara fisik dan mental, pasien bersangkutan secara aktual juga berperan sebagai co-producer dalam operasi jasa, dengan jalan menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter dan menjelaskan gejala sakit atau kebutuhan spesifiknya.

4. Perishability
Jasa bersifat perishability artinya jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau dikembalikan. Sebagai contoh, kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter umum akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

Sedangkan menurut Griffin (1996) (dikutip dalam Lupiyoadi, 2006; 6), karakteristik jasa adalah sebagai berikut:

1. Intangibility (tidak berwujud): Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan.

2. Unstorability (tidak dapat disimpan): Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

3. Customization (kustomisasi): Jasa seringkali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Jadi, berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat atau karakteristik utama dari jasa adalah tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli, kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak variasi bentuk, kualitas serta jenis tergantung pada siapa jasa tersebut dijual, hal ini disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-beda, sehingga jasa yang dijual disesuaikan dengan permintaan konsumennya.

2.4  Konsep Pemasaran

Pada umumnya, suatu perusahaan pasti menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar  dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perjalanan waktu, konsep-konsep ini mengalami perkembangan  atau evolusi pemikiran. Walaupun begitu, tidak berarti konsep yang terakhir adalah yang lebih baik.  Pemilihan  dan penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa factor, diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal perusahaan.
Menurut Fendy Tjiptono (2004), dalam bukunya yang berjudul Pemasaran Jasa, konsep produksi itu dibagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut:

1.      Konsep Produksi : Pemasaran yang  berpegang pada konsep ini berorientasi  pada proses produksi/ operasi (internal).

2.      Konsep Produk : Dalam konsep ini, pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur (features), atau penampilan superior.

3.      Konsep Penjualan : Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), dimana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bila perlu, dibujuk) agar penjual dapat meningkat.

4.      Konsep Pemasaran : Berbeda dengan tiga konsep terdahulu yang berorientasi pada lingkungan internal, konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa  konsumen hanya akan bersedia  membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.

5.      Konsep Pemasaran Sosial : Pemasaran yang menganut konsep ini, beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan social konsumen.

2.5  Mengelompokkan Proses Jasa 

Terdapat dua kategori besar dalam proses jasa, yaitu: orang dan objek. Dengan melihat jasa dari perspektif operasional semata, pemrosesan jasa dapat dikategorikan menjadi empat kelompok besar, yaitu:

1. Pemrosesan orang, meliputi tindakan yang berwujud terhadap tubuh manusia. Contoh jasa pemrosesan orang mencakup transportasi penumpang, pemeliharaan kesehatan, penginapan, dll. 

2. Pemrosesan barang milik, meliputi tindakan yang berwujud pada barang dan benda fisik lain yang menjadi milik pelanggan. Contoh pemrosesan barang milik adalah pengiriman barang, pengisian bahan bakar, reparasi dan pemeliharaan, dll. 

3. Pemrosesan perangsangan pikiran, merujuk ke tindakan tidak berwujud yang ditujukan pada pikiran manusia. Jasa dalam kategori ini mencakup hiburan, olahraga tontonan, pertunjukkan teater, dll. 

4. Pemrosesan informasi, menggambarkan tindakan tidak berwujud yang ditujukan pada aset pelanggan. Contoh jasa dalam kategori ini: asuransi, perbankan, konsultasi, dll. 

2.6  Dimensi Kualitas Layanan Jasa

Pada prinsipnya, definisi kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan (Kotler, 2000; 52).

Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan. Sayangnya, jasa memiliki karakteristik variability sehingga kinerjanya kerap tidak konsisten. Hal ini menyebabkan pelanggan menggunakan syarat intrinsic (output dan penyampaian jasa) dan isyarat ekstrinsik (unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai acuan atau pedoman dalam mengevaluasi jasa (Tjiptono, Chandra, dan Anastasia, 2004; 257).

Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) (dikutip dalam Tjiptono & Chandra, 2005; 132-133) berhasil mengidentifikasikan sepuluh dimensi pokok kualitas jasa, yaitu:

1. Reliabilitas (reliability), meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kinerja (performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu menyampaikan jaasnya secara benar sejak awal (right the first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal (misalnya, menyampaikan jasa sesuai dengan jadwal yang disepakati), menyimpan data (record) secara tepat dan mengirimkan tagihan yang akurat.

2. Responsivitas atau daya tanggap (responsiveness), yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat. Beberapa contoh diantaranya: ketepatan waktu layanan, pengiriman slip transaksi secepatnya, kecepatan menghubungi kembali pelanggan, dan penyampaian layanan secara cepat

3. Kompetensi (competency), yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelangan. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan kontak, pengetahuan dan keterampilan personil dukungan operasional, dan kapabilitas riset organisasi.

4. Akses (access), yaitu meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi (contohnya telepon, surat, e-mail, fax, dan seterusnya), dan jam operasi nyaman.

5. Kesopanan (courtesy), yaitu meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan para karyawan kontak ( seperti resepsionis, operator telepon, bell person, teller bank dan lain-lain).

6. Komunikasi (communication), artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai jasa/ layanan yang ditawarkan.

7. Kredibilitas (credibility), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan pelanggan (hard selling versus soft selling approach).

8. Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Termasuk di dalamnya adalah keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial security), privasi dan kerahasiaan (confidentiality).
9. Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian individual, dan mengenal pelanggan reguler.

10. Bukti fisik (tangibles), meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan bahan-bahan komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat, dan lain-lain).

Dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, and Berry (1988) menemukan adanya overlapping di antara beberapa dimensi di atas. Oleh sebab itu, mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati (empathy). Dengan demikian, terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut:

1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.

2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan and merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.

4. Empati (empathy), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggan dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

2.7  Manajemen Jasa Terpadu 

Manajemen jasa terpadu adalah perencanaan dan pelaksanaan terkoordinasi kegiatan-kegiatan pemasaran, operasi dan sumber daya manusia yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa. Ketika membahas strategi untuk memasarkan jasa, maka yang harus diperhatikan adalah sifat dari jasa tersebut yang melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam produksi dan pentingnya faktor waktu serta unsur strategis lainnya.
Pemasaran jasa terpadu menggunakan model 8P yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi manajer perusahaan jasa. Kedelapan komponen manajemen jasa terpadu adalah sebagai berikut: 

1. Elemen produk, merupakan semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. 

2. Tempat dan waktu, merupakan keputusan manajemen tentang kapan, di mana dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. 

3. Proses, adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.

4. Produktivitas dan kualitas.
Produktivitas dapat diartikan sebagai seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan. Kualitas adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan mereka. Produktivitas dan kualitas harus dilihat sebagai dua sisi mata uang yang sama. Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga agar biaya tetap terkendali. Kualitas jasa yang didefinisikan pelanggan, berperan penting bagi diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan. 

5. Orang, meliputi karyawan atau terkadang pelanggan yang terlibat dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan. Sifat dan interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan. Penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan jasa tersebut. 

6. Promosi dan Edukasi, adalah semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu. Komponen ini memainkan tiga peran penting, yaitu: menyediakan informasi dan saran yang dibutuhkan, membujuk pelanggan sasaran tentang kelebihan suatu produk dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu waktu. 

7. Bukti fisik, adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa.

8. Harga dan biaya jasa lainnya, meliputi pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.











BAB III
STUDY KASUS


JASA LAUNDRY


Profil perusahaan

Super Wash Laundry merupakan franchise laundry pertama dan terbesar di Indonesia yang mengusung konsep LOW COST. Super Wash Laundry menawarkan paket franchise yang relative murah dan worth-it untuk dimiliki. Dengan slogan “we have everything you need” Super Wash Laundry memiliki beberapa pelayanan laundry yang lengkap dengan spesialisasi laundry kiloan, laundry satuan (dry clean), laundry helm, laundry karpet, dll. Keunggulan dalam segi inovasi produk dan layanan membuat Super Wash Laundry sangat layak diperhitungkan di kancah dunia franchise & waralaba tanah air. Berbekal menyebarkan semangat berwirausaha, Virdiansyah (President Director Edria Group – Super Wash Laundry), sejak 2009 hingga kini Super Wash Laundry telah melebarkan sayapnya dengan hadir di lebih dari 90 cabang yang tersebar luas di puluhan kota di Indonesia. Beberapa penghargaan telah diraih dalam kurun waktu yang relative singkat; Juara 1 Nasional Wirausaha Muda Berprestasi 2010, Finalis Wirausaha Muda Mandiri 2010, Franchise & Business Opportunity Best Seller 2010, 3rd Top Of Mind Brand Awareness 2011, dan masih banyak lagi
FILOSOFI

Grow Together, Help Each Other


VISI

Menjadi Low Cost Franchise Laundry ternama dan terkemuka pertama di Asia dengan memiliki lebih dari 500 cabang di tahun 2015 karena kualitas dan inovasinya


MISI

Menawarkan paket franchise dengan harga terjangkau dan worth-it kualitasnya.
Memberikan pelayanan terbaik kepada franchisee dan pelanggan.
Menciptakan kesejahteraan bersama bagi pemilik, manajemen, staff, dan franchisee.
Menyediakan berbagai fasilitas komplit yang belum tentu dimiliki competitor.



MENGAPA MEMILIH FRANCHISE SUPER WASH
1.      Low Cost franchise laundry pertama dan terbesar di Indonesia
2.      Team yang terlatih & professional
3.      Produksi bahan baku sendiri
4.      Fasilitas layanan yang lengkap
5.      Bisnis laundry yang menjanjikan dan selalu menjadi kebutuhan
6.      BEP relative cepat dan worth-it
7.      Standard Operational Procedure yang sudah teruji
8.      Customer relationship management
9.      Strategi Marketing & Business development
10.  Menggunakan sistem komputerisasi
11.  Gratis konsultasi dengan kantor pusat Super Wash Laundry

MENGAPA MEMILIH LAYANAN LAUNDRY SUPER WASH

1.      Member Get Member
2.      On time
3.      Laundry bergaransi (rewash, return, free tanpa nota)
4.      Free pick up delivery
5.      Pencucian tidak dicampur
6.      Selalu ada diskon special
7.      Super Express 3 jam jadi
8.      Banyak pilihan pewangi
9.      Fun & Friendly
10.  Exclusive packaging
11.  Laundry helm
12.  1 customer 1 machine
13.  Teknik laundry sesuai washing care label
14.  Detergen ramah lingkungan
15.  Washer teknologi terbaru
16.  Laundry bag
17.  Laundry gratis saat opening

DAN MASIH BANYAK LAGIIII


PAKET INVESTASI PILIHAN

Super Wash Laundry menawarkan 3 paket franchise pilihan :
Paket Industri            100 Juta
Paket VIP                   80 Juta
Paket Super                53 Juta

BEBERAPA POINT YANG MEMBEDAKAN ANTAR PAKET TERSEBUT DIANTARANYA :

- Segmentasi Market
- Kapasitas Produksi
- Design Outlet Workshop
- Fasilitas
- Paket Promosi & Strategi Marketing
- Strategi Bisnis

Paket Industri diperuntukkan kepada para calon franchisee yang berminat sebagai rekanan/outsourcing perusahaan yang membutuhkan layanan laundry dalam partai besar.

Untuk harga per kg disesuaikan masing-masing daerah dengan memperhatikan daya beli masyarakatnya. Sebagai contoh untuk daerah Jawa Barat Rp 5.500/kg, untuk Jakarta Timur Rp.6500/kg, untuk daerah Bandung Rp.5500/kg, Luar Jawa Rp 6000-8000/Kg dan daerah Jogja sendiri Rp.3000/kg

Strategi bisnis dari
Super Wash Laundry dirancang khusus agar memungkinkan balik modal investasi / BEP dicapai dalam kisaran waktu 2 s/d 7 bulan.

Kami yakin dan percaya dengan bekerjasama dengan Anda, bersama kita akan menggapai kesuksesan yang kita inginkan, berkembang bersama, memajukan masyarakat sekitar kita dengan membuka lapangan kerja dan menjadi bagian dalam memajukan bangsa negara Indonesia. 

For more information. Please Contact us:

Telp / HP : 081219018338





A.   Gambaran Umum dari bisnis Laundry
Mencuci merupakan kebutuhan pokok semua orang. Selama orang masih pakai baju, bisnis laundry masih tetap akan hidup. Pangsa pasar mulai dari mahasiswa, kost, rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, perkantoran,dan segala bisnis yang berkaitan dengan konveksi.
Laundry Kiloan atau Binatu Kiloan merupakan jasa pencucian pakaian yang nilai jasanya dihitung berdasarkan berat cucian dalam kilogram
Bagaimana peluang usaha/peluang bisnis laundry kiloan ini kedepannya..?
Jika kita analisa peluang bisnis laundry berdasarkan statistik dan demografi, peluang ini sangatlah “Luar Biasa”. Anggap saja 1 (satu) RW(rukun warga) memiliki rata-rata 100 KK (Kepala Keluarga) dan andaikan 1 KK mencuci 1 kilogram sehari. Maka omset bisnis laundry kiloan itu adalah 100 kg per hari. Omset Bisnis Laundry Kiloan per hari 100/kg adalah omset standard yang biasa diilustrasikan oleh para penjual waralaba/franchise laundry di tanah air, dengan perhitungan balik modal(ROI) 4-6 bulan saja.


Jasa memiliki empat karakteristik utama yaitu tidak berwujud ( intangibility ), tidak terpisah ( inseparability), bervareasi ( variability ) dan mudah lenyap ( perishability )
Berdasarkan keempat karakteristik tersebut usaha jasa Laundry masuk dalam kata gori :
1.      Tidak berwujud ( service intangibility ) karna jasa laundry tersebut tidak dapat dirasakan kecuali dengan membeli barang jasa tersebut
2.      Tidak terpisahkan (inspirability) karena barang jasa tersebut tidak dapatdipisahkan dengan mesin dan Msdm
3.      Tidak tahan lama ( perishability ) karena barang jasa tersebut tidak dapat disimpan, ada costumer yang ada jasa tersebut bisa berlalu begitu saja.
C.    Klasifikasi Jasa
Jasa laundry tersebut masuk dalam katagori Hybrid karena penawaran terdari dari barang dan jasa yang sama besar porsinya.















BAB IV
KESIMPULAN

Pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen, dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dikonsumsi.
Jasa memiliki empat karakteristik yang membedakan barang dan jasa yang dinamakan paradigma IHIP: Intangibility, Heterogeneity, Inseparability, dan Perishability. Sifat atau karakteristik utama dari jasa adalah tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli, kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak variasi bentuk, kualitas serta jenis tergantung pada siapa jasa tersebut dijual, hal ini disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-beda, sehingga jasa yang dijual disesuaikan dengan permintaan konsumennya.
Dari karakteristik tersebut kita mengetahu karakteristik pemasaran jasa di bidang loundry tersebut.



















Daftar pustaka

www.rwansahaja.blogspot.com
www eprints.polsri.ac.id
dmarcella.blogspot.com/2013/05/konsep-dan-strategi-pemasaran-jasa.htm